BAB
I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar belakang
Dalam dunia medis dan kimia
organik, istilah alkaloid telah lama menjadi bagian penting dan tak terpisahkan
dalam penelitian yang telah dilakukan selama ini, baik untuk mencari senyawa
alkaloid baru ataupun untuk penelusuran bioaktifitas. Senyawa alkaloid
merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid
berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara
organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi
mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada
akar, biji, ranting, dan kulit kayu.
Alkaloid adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau
alkali dan sifat basa ini disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam
molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan
dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan.
Alkaloid juga adalah suatu golongan senyawa organic yang terbanyak
ditemukan di alam. Hampir seluruh senyawa alkaloida berasal dari
tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua
alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen.
Hampir semua alkaloida yang ditemukan di alam mempunyai keaktifan
biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna
dalam pengobatan. Misalnya kuinin, morfin dan stiknin adalah alkaloida yang
terkenal dan mempunyai efek sifiologis dan fisikologis. Alkaloida dapat
ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit
batang. Alkaloida umunya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan
dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan.
Berdasarkan literatur,
diketahui bahwa hampir semua alkaloid di alam mempunyai keaktifan biologis dan
memberikan efek fisiologis tertentu pada mahluk hidup. Sehingga tidaklah
mengherankan jika manusia dari dulu sampai sekarang selalu mencari obat-obatan
dari berbagai ekstrak tumbuhan. Fungsi alkaloid sendiri dalam tumbuhan sejauh
ini belum diketahui secara pasti, beberapa ahli pernah mengungkapkan bahwa
alkaloid diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan
penyakit, pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan
keseimbangan ion.
1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang dapat dikaji
antara lain :
1.
Apa yang dimaksud dengan alkaloid ?
2.
Bagaimana tata nama alkaloid?
3.
Bagaimana reaksi senyawa alkaloid dengan
senyawa lain?
4.
Apa saja sifat-sifat alkaloid ?
5.
Apa saja pemanfaat alkaloid dalm
kehidupan sehari-hari?
1.3 Tujuan
- Untuk memahami tentang senyawa-senyawa alkaloid.
- Untuk memahami struktur dan tata nama dari senyawa alkaloid.
- Untuk memahami sifat fisika dan kimia senyawa alkoid.
- Memahami aplikasi alkaloid.
1.4 Manfaat
- Mahasiswa akan lebih memahami ruang lingkup dari alkaloid.
- Bertambahnya pengetahuan mengenai struktur dan tata nama dari alkaloid.
- Mahasiswa dapat mengerti dan memahami sifat fisika dan kimia dari alkaloid sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB
II
ISI
Pengertian Alkaloid
Alkaloid adalah Kelompok senyawa
yang mengandung nitrogen dalam bentuk gugus fungsi amin. Pada umumnya, alkaloid
mencakup senyawa bersifat basah yang mengandung 1/ lebih atom nitrogen,
biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya beracun,
jadi banyak digunakan dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya tanwarna,
sering kali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal tapi hanya
sedikit yang berupa cairan pada suhu kamarPada umumnya, alkaloid tidak sering
terdapat dalam gymospermae, paku-pakuan, lumut dan tumbuhan rendah.Suatu
Alkaloid secara umum
mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan
merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid berbentuk
padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi.
Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau cairan. Dewasa ini telah ribuan
senyawa alkaloid yang ditemukan dan dengan berbagai variasi struktur yang unik,
mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit.
Dari segi biogenetik,
alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan
lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin
yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang
menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa
alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan
sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga
melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan
jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid.
Sejarah alkaloid hampir
setua peradaban manusia. Manusia telah menggunakan obat-obatan yang mengandung
alkaloid dalam minuman, kedokteran, the, tuan atau tapal, dan racun selama 4000
tahun. Tidak ada usaha untuk mengisolasi komponen aktif dari ramuan obat-obatan
hingga permulaan abad ke sembilan belas. Obat-obatan pertama yang diketemukan
secara kimia adalah opium, getah kering Apium Papaver somniferum. Opium telah
digunakan dalam obat-obatan selama berabad-abad dan sifat-sifatnya sebagai
analgesik maupun narkotik telah diketahui.
Pada tahun 1803, Derosne
mengisolasi alkaloid semi murni dari opium dan diberi nama narkotin. Seturner
pada tahun 1805 mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap opium dapat
berhasil mengisolasi morfin. tahun 1817-1820 di Laboratorium Pelletier dan
Caventon di Fakultas Farmasi di Paris, melanjutkan penelitian di bidang kimia
alkaloid yang menakjubkan. Diantara alkaloid yang diperoleh dalam waktu singkat
tersebut adalah Stikhnin, Emetin, Brusin, Piperin, kaffein, Quinin, Sinkhonin,
dan Kolkhisin. tahun 1826, Pelletier dan Caventon juga
memperoleh Koniin suatu alkaloid yang memiliki sejarah cukup terkenal. Alkaloid
tersebut tidak hanya yang bertanggung jawab atas kematian Socrates akibat dari
hisapan udara yang beracun, tetapi karena struktur molekulnya yang sederhana.
Koniin merupakan alkaloid pertama yang ditentukan sifat-sifatnya (1870) dan
yang pertama disintesis (1886). Selama tahun 1884 telah ditemukan paling
sedikit 25 alkaloid hanya dari Chinchona. Kompleksitas alkaloid merupakan
penghalang elusidasi struktur molekul selama abad ke sembilan belas bahkan pada
awal abad ke dua puluh. Sebagai contoh adalah Stikhnin yang ditemukan pertama
kali oleh Pelletier dan Caventon pada tahun 1819 dan struktur akhirnya dapat
ditentukan oleh Robinson dan kawan-kawan pada tahun 1946 setelah melakukan
pekerjaan kimia yang ekstra sukar selama hampir 140 tahun.
Tahun 1939 hampir 300
alkaloida telah diisolasi dan ± 200 telah ditentukan struktur. Dalam seri
Alkaloida yang diterbitkan pertama oleh Manske pada 1950 memuat lebih 1000
alkaloida.Dikenalnya teknik sistem analisis kromatografi preparatif dan
instrumen canggih maka penemuan alkaloida meningkat cepat-nya. Buku terbitan
1973 mencatat 4959 alkaloida dapat diisolasi dan 3293 ditentukan strukturnya.
Perkembang Ilmu Pengetahuan dengan penemuan berbagai macam kromatografi dan
instrumen spektroskopii dengan sistem komputerisasi maka isolasi dan penentuan
struktur alkaloida sudah tidak terbilang lagi
Hingga sekarang dikenal
sekitar 10.000 senyawa yang tergolong alkaloid dengan struktur sangat beragam,
sehingga hingga sekarang tidak ada batasan yang jelas untuknya. Alkaloid adalah
suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh
alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis
tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk
tumbuhan monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang
sedikit.
Dalam Meyer’s
Conversation Lexicons tahun 1896 dinyatakan bahwa alkaloid terjadi
secara karakteristik di dalam tumbuh- tumbuhan, dan sering dibedakan berdasarkan
kereaktifan fisiologi yang khas. Senyawa ini terdiri atas karbon, hidrogen, dan
nitrogen, sebagian besar diantaranya mengandung oksigen. Sesuai dengan namanya
yang mirip dengan alkali (bersifat basa) dikarenakan adanya sepasang elektron
bebas yang dimiliki oleh nitrogen sehingga dapat mendonorkan sepasang
elektronnya. Kesulitan mendefinisikan alkaloid sudah berjalan bertahun-tahun.
Definisi tunggal untuk alkaloid belum juga ditentukan. Trier menyatakan bahwa
sebagai hasil kemajuan ilmu pengetahuan, istilah yang beragam senyawa alkaloid
akhirnya harus ditinggalkan (Hesse, 1981).Garam alkaloid dan alkaloid bebas
biasanya berupa senyawa padat, berbentuk kristal tidak berwarna (berberina dan
serpentina berwarna kuning). Alkaloid sering kali optik aktif, dan biasanya
hanya satu dari isomer optik yang dijumpai di alam, meskipun dalam beberapa
kasus dikenal campuran rasemat, dan pada kasus lain satu tumbuhan mengandung
satu isomer sementara tumbuhan lain mengandung enantiomernya (Padmawinata,
1995). Ada juga alkaloid yang berbentuk cair, seperti konina, nikotina, dan
higrina. Sebagian besar alkaloid mempunyai rasa yang pahit. Alkaloid juga
mempunyai sifat farmakologi. Sebagai contoh, morfina sebagai pereda rasa sakit,
reserfina sebagai obat penenang, atrofina berfungsi sebagai antispamodia,
kokain sebagai anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan syaraf (Ikan,
1969).
Alkaloid telah dikenal
selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian terutama karena pengaruh
fisiologinya terhadap mamalia dan pemakaiannya di bidang farmasi, tetapi
fungsinya dalam tumbuhan hampir sama sekali kabur. Beberapa pendapat mengenai
kemungkinan perannya dalam tumbuhan sebagai berikut (Padmawinata, 1995):
1. Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea
dan asam urat dalam hewan (salah satu pendapat yang dikemukan pertama kali,
sekarang tidak dianut lagi).
2. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan
nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme
lebih lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.
3. Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari
serangan parasit atau pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa
bukti yang mendukung fungsi ini tidak dikemukakan, mungkin merupakan konsep
yang direka-reka dan bersifat ‘manusia sentris’.
4. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari
segi struktur, beberapa alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid
merangasang perkecambahan yang lainnya menghambat.
5. Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian
besar bersifat basa, dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan
kesetimbangan ion dalam tumbuhan.
Perlu dicatat bahwa
selama kimia organik berkembang pesat selama periode tersebut, menjadi ilmu
pengetahuan yang rumit pada saat ini, usaha pengembangan dalam kimia bahan alam
tumbuh sejalan, banyak reaksi yang sekarang merupakan reaksi klasik dalam kimia
organik adalah hasil penemuan pertama dari studi yang cermat degradasi senyawa
bahan alam.
Alkaloid dihasilkan oleh banyak
organisme, mulai dari bakteria, fungi (jamur), tumbuhan, dan hewan. Ekstraksi secara kasar
biasanya dengan mudah dapat dilakukan melalui teknik ekstraksi asam-basa. Rasa pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat disebabkan oleh
alkaloid.
Awal alkaloida diketahui
hanya terdapat dalam tumbuhan, terutama tumbuhan berbunga, Angiospermae.
Selanjutnya ternyata terdapat dalam hewan, serangga, biota laut, mikroorganisme
dan tumbuhan rendah. Contoh : Sebangsa rusa (muskopiridina), sejenis musang
Kanada (kastoramina).
Alkaloida sebagian besar dalam
tumbuhan ber-bunga. Kelompok alkaloida tertentu dapat dihubungkan dengan
Keluarga (Famili) atau Marga (Genus). Sistem Engeler tumbuhan tinggi ada 60
Bangsa (Ordo) dan ± 34 mengandung alkaloida, 4% semua Keluarga mengandung
sedikitnya satu alkaloida, hanya 8,7% pada sekitar 10.000 Marga. Keluarga
mengandung alkaloida: Liliaceae, Solanaceae dan Rubiaceae. Satu Keluarga
beberapa Marga mengandung alkaloida dan lainnya tidak, ada Marga sama
mengandung alkaloida sama juga dari Keluarga lain. Contoh : hiosiamin terdapat
dalam 7 Marga yang berbeda dari Keluarga Solanaceae, sedang vindolin dan morfin
terda-pat terbatas hanya beberapa jenis tumbuhan dari Marga yang sama.
Alkaloida adalah senyawa yang
mempunyai struktur heterosiklik yang mengandung atom N didalam intinya dan
bersifat basa, karena itu dapat larut dalam asam-asam serta membentuk garamnya,
dan umumnya mempunyai aktifitas fisiologis baik terhadap manusia ataupun hewan.
Alkaloid merupakan senyawa yang mengandung atom nitrogen yang tersebar
secara terbatas pada tumbuhan. Alkaloid kebanyakan ditemukan pada
Angiospermae dan jarang pada Gymnospermae dan Cryptogamae. Senyawa ini
cukup banyak jenisnya dan terkadang memiliki struktur kimia yang sangat berbeda
satu sama lain, meskipun berada dalam satu kelompok.
Istilah "alkaloid" (berarti "mirip
alkali", karena dianggap bersifat basa) pertama kali dipakai
oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissner (1819), seorang
apoteker dari Halle (Jerman) untuk menyebut berbagai senyawa yang diperoleh dari ekstraksi
tumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah dikenal, misalnya, morfina, striknina, serta solanina).
Alkaloid adalah Kelompok senyawa
yang mengandung nitrogen dalam bentuk gugus fungsi amin. Pada umumnya, alkaloid
mencakup senyawa bersifat basah yang mengandung 1/ lebih atom nitrogen,
biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid biasanya
beracun, jadi banyak digunakan dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya
tanwarna, sering kali bersifat optis aktif, kebanyakan berbentuk kristal tapi
hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu kamarPada umumnya, alkaloid tidak
sering terdapat dalam gymospermae, paku-pakuan, lumut dan tumbuhan rendah.Suatu
Alkaloid merupakan senyawa
organik bahan alam yang terbesar jumlahnya, baik dari segi jumlahnya maupun
sebarannya.Berikut berbagai definisi menurut:
- Alkaloid menurut Winterstein dan Trier didefinisikan sebagai senyawa senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen berasal dari tumbuan dan hewan.
- Harborne dan Turner (1984) mengungkapkan bahwa tidak satupun definisi alkaloid yang memuaskan, tetapi umumnya alkaloid adalah senyawa metabolid sekunder yang bersifat basa, yan mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam cincin heterosiklik, dan bersifat aktif biologis menonjol.
Struktur alkaloid beraneka
ragam, dari yang sederhana sampai rumit, dari efek biologisnya yang menyegarkan
tubuh sampai toksik.Satu contoh yang sederhana adalah nikotina. Nikotin dapat
menyebabkan penyakit jantung, kanker paru-paru, kanker mulut, tekanan darah
tinggi, dan gangguan terhadap kehamilan dan janin.
A.
Tata
Nama Senyawa Alkaloid
Alkaloida
tidak mempunyai tatanama sistematik. Oleh karena itu suatu alkaloida dinyatakan
dengan nama trivial, misalnya kuinin,morfin, dan stiknin. Hampir semua nama trivial ini berakhiran –in yang
mencirikan alkaloida.
Berikut ini beberapa contoh dari alkaloid:
Ø Contoh
rumus bangun untuk golongan purin:
Ø
Rumus bangun untuk golongan pirolidin
Ø Rumus
bangun untuk golongan pyridine
Alkaloid
secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat
basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Sebagian besar alkaloida
mempunyai kerangka dasar polisiklik termasuk cincin heterosiklik nitrogen serta
mengandung subtituen yang tidak terlalu
bervariasi. Atom nitrogen alkaloida hampir selalu berasal dalam bentuk gugus
amin (-NR2) atau gugus amida (-CO-NR2) dan tidak pernah
dalam bentuk gugus nitro (NO2) atau gugus diazo. Sedang subtituen
oksigen biasanya hanya ditemukan sebagai gugus fenol (-OH), metoksi (-OCH3)
atau gugus metilendioksi (-O-CH2-O). Subtituen-subtituen oksigen ini
dan gugus N-metil merupakan ciri sebagian besar alkaloida.
Pada alkaloida aromatik terdapat suatu pola oksigenasi
tertentu. Pada senyawa –senyawa ini gugus fungsi oksigen ditemukan dalam posisi
para atau para dan meta dari cincin aromatic.
Penamaan Alkaloida
Ø
Beberapa
penamaan alkaloid berdasarkan family/keluarga/genus dimana mereka ditemukan.
Contoh Papavarine, Punarnavin,ephidrin
Ø
Berdasarkan
spesies tumbuh asal. Contoh kokain, beladonin
Ø
Berdasarkan
nama umum tumbuhan penghasil. Contohnya
alkaloid ergot
Ø
Berdasarkan
aktivitas fisik contohnya morfin yang dikenal dengan tanaman Dewa dari Mimpi. Emitin yang berarti muntahan menurut penemu.
Ø
Peletierine
yang merupakan gugus yang ditemukan oleh P.J Peletier
Ø
Ada
beberapa nama dengan penambahan prefiks pada penamaan alkanoid. Contohnya epi,
iso, neo, pseodo, nor, CH
B.
Sifat-Sifat
Alkaloid
Beberapa sifat dari alkaloid yaitu :
1. Mengandung atom nitrogen yang umumnya berasal dari asam amino
dan golongan heterogen.
2.
Umumnya berupa Kristal atau serbuk amorf.
3. Alkaloid yang
berbentuk cair yaitu konini, nikotin dan spartein.
4. Dalam tumbuhan berada dalam bentuk bebas, dalam bentuk N-oksida
atau dalam bentuk garamnya.
5. Umumnya mempunyai
rasa yang pahit.
6. sering beracun.
7. bersifat optis aktif
dan berupa sistim siklik
8.
Alkaloid dalam bentuk bebas tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
kloroform, eter dan pelarut organik lainnya yang bersifat relative nonpolar.
9. Alkaloid dalam bentuk
garamnya mudah larut dalam air.
10. Alkaloid bebas bersifat basa karena adanya pasangan elektron
bebas pada atom N-nya.
11. biasanya banyak
digunakan dibidang farmasi.
12. sampel yang mengandung
alkaloid setelah drx akan berwarna merah.
1.
Sifat-Sifat Fisika
Umumnya mempunyai 1 atom N
meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1 atom N seperti pada Ergotamin
yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa amin primer, sekunder maupun
tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari
struktur molekul dan gugus fungsionalnya) Kebanyakan alkaloid yang telah
diisolasi berupa padatan kristal tidak larut dengan titik lebur yang tertentu
atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan
beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak
berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, species aromatik berwarna
(contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya,
basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa
pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid
quartener sangat larut dalam air.
2.
Sifat-Sifat Kimia
Kebanyakan alkaloid
bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron pada
nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat
melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron
pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih
basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin.
Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron
(contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan
pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit
asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida.
Kebasaan alkaloid
menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi, terutama oleh
panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa
N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan
berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama.
Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik
(asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya
dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.
C.
Penggolongan
Alkaloid
Alkaloida tidak
mempunyai tatanan sistematik, oleh karena itu, suatu alkaloida dinyatakan
dengan nama trivial, misalnya kuinin, morfin dan strikhnin. Hampir semua nama
trivial ini berakhiran –in yang mencirikan alkaloida. Klasifikasi alkaloida dapat dilakukan
berdasarkan beberapa cara, yaitu : (2,5)
1. Berdasarkan
jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari struktur molekul.
Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis
sperti alkaloida pirolidin, alkaloida piperidin, alkaloida isokuinolin,
alkaloida kuinolin, dan alkaloida indol.
2. Berdasarkan
jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan. Cara ini digunakan untuk
menyatakan jenis alkaloida yang pertama-tama ditemukan pada suatu jenis
tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis
yaitu aklakoida tembakau, alkaloida amaryllidaceae, alkaloida erythrine dan
sebagainya. Cara ini mempunyai kelemahan, yaitu : beberapa alkaloida yang
berasal dari tumbuhan tertentu dapat mempunyai struktur yang berbeda-beda.
3. Berdasarkan
asal-usul biogenetik. Cara ini sangat berguna untuk menjelaskan hubungan antara
berbagai alkaloida yang diklasifikasikan berdasarkan berbagai jenis cincin
heterosiklik. Dari biosintesa alkaloida, menunjukkan bahwa alkaloida berasal
hanya dari beberapa asam amino tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut, maka
alkaloida dapat dibedakan atas tiga jenis utama, yaitu :
a.
Alkaloida alisiklik yang berasal dari
asam-asam amino ornitin dan lisin.
b.
Alkaloida aromatik jenis fenilalanin
yang berasal dari fenilalanin, tirosin dan 3,4-dihidrofenilalanin.
c.
Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal
dari triptofan.
4. Sistem
klasifikasi berdasarkan Hegnauer yang paling banyak diterima, dimana alkaloida
dikelompokkan atas :
a. Alkaloida
sesungguhnya
Alkaloida ini merupakan racun, senyawa
tersebut menunjukkan aktivitas fisiologis yang luas, hamper tanpa terkecuali
bersifat basa, umumnya mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik,
diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam
organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin dan
asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin
heterosiklik dan alkaloida quartener yang bersifat agak asam daripada bersifat
basa.
b. Protoalkaloida
Protoalkaloida merupakan amin yang
relative sederhana dimana nitrogen asam amino tidak terdapat dalam cincin
heterosiklik. Protoalkaloida diperoleh berdasarkan biosintesa dari asam amino
yang bersifat basa. Pengertian amin biologis sering digunakan untuk kelompok
ini.
c. Pseudoalkaloida
Pseudoalkaloida tidak diturunkan dari
prekusor asam amino. Senyawa ini biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloida
yang penting dalam kelompok ini yaitu steroidal dan purin.
Berikut
ini adalah pengelompokan alkaloid berdasarkan struktur cincin atau struktur
intinya yang khas, dimana pengelompokkan dengan cara ini juga secara luas
digunakan :
1. Inti
Piridin-Piperidin, misalnya lobelin, nikotin, konini dan trigonelin
2. Inti
Tropan, misalnya hiosiamin, atropine, kokain.
3. Inti
Kuinolin, misalnya kinin, kinidin
4. Inti
Isokuinolin, misalnya papaverin, narsein
5. Inti
Indol, misalnya ergometrin dan viblastin.
6. Inti
Imidazol, misalnya pilokarpin.
7. Inti
Steroid, misalnya solanidin dan konesin.
8. Inti
Purin, misalnya kofein.
9. Amin
Alkaloid, misalnya efedrin dan kolsikin
Alkaloid biasanya
diklasifikasikan menurut kesamaan sumber asal molekulnya (precursors),didasari
dengan metabolisme pathway (metabolic pathway) yang dipakai untuk membentuk
molekul itu. Kalau biosintesis dari sebuah alkaloid tidak diketahui, alkaloid
digolongkan menurut nama senyawanya, termasuk nama senyawa yang tidak
mengandung nitrogen (karena struktur molekulnya terdapat dalam produk akhir.
sebagai contoh: alkaloid opium kadang disebut "phenanthrenes"), atau
menurut nama tumbuhan atau binatang dimana senyawa itu diisolasi. Jika setelah
alkaloid itu dikaji, penggolongan sebuah alkaloid dirubah menurut hasil
pengkajian itu, biasanya mengambil nama amine penting secara biologi yang
mencolok dalam proses sintesisnya.
Ø Golongan Pyridine: piperine, coniine, trigonelline, arecoline, arecaidine, guvacine, cytisine, lobeline, nikotina, anabasine, sparteine, pelletierine.
Pyridine adalah sederhana aromatik heterocyclic senyawa organik dengan rumus kimia C5H5N digunakan sebagai pelopor ke Agrokimia dan obat-obatan, dan juga penting sebagai larutan dan reagen. Hal ini terkait dengan struktur benzena,
dimana CH diganti dengan atom nitrogen.
Strukturnya:
Pirolidina, juga dikenal sebagai tetrahidropirola, merupakan
senyawa organik dengan rumus kimia C4H9N.
Ia merupakan senyawa amina siklik dengan cincin beranggota lima yang
terdiri dari empat atom karbon dan satu atom nitrogen. Ia berupa cairan bening dengan aroma tidak sedap
seperti amonia.
Pirolidina ditemukan
secara alami pada daun tembakau dan wortel. Struktur cincin pirolidina dapat ditemukan pada
banyak alkaloid alami, seperti nikotina dan higrina. Ia juga dapat
ditemukan pada banyak obat-obatan farmasi seperti prosiklidina dan bepridil. Ia juga menjadi dasar
senyawa rasetam (misalnya pirasetam dan anirasetam). Strukturnya:
Ø Golongan Quinoline: kinina, quinidine, dihydroquinine, dihydroquinidine, strychnine, brucine, veratrine, cevadine
Ø Golongan Isoquinoline: alkaloid-alkaloid opium (papaverine, narcotine, narceine), sanguinarine, hydrastine, berberine, emetine, berbamine, oxyacanthine
Purine adalah senyawa organic kompleks aromatik heterocyclic, yang terdiri dari cincin pyrimidine yang tergabung ke sebuah cincin imidazole.
Struktur Purine:
Struktur Kafeine
- Alkaloid Aconitum: aconitine
- Alkaloid Steroid (yang bertulang punggung steroid pada struktur yang bernitrogen):
- Solanum (contoh: kentang dan alkaloid tomat) (solanidine, solanine, chaconine)
- Alkaloid Veratrum (veratramine, cyclopamine, cycloposine, jervine, muldamine)
- Alkaloid Salamander berapi (samandarin)
- lainnya: conessine
Struktur Terpenoida:
Hingga kini belum ada
pendefinisian tunggal dan penggolongan yang jelas dari alkaloid. Dalam bukunya,
Matsjeh (2002) menerangkan beberapa klasifikasi alkaloid, diantaranya yaitu
berdasarkan lokasi atom nitrogen di dalam struktur alkaloid dan berdasarkan
asal mula kejadiannya (biosintesis) dan hubungannya dengan asam amino. Berdasarkan
lokasi atom nitrogen di dalam struktur alkaloid, alkaloid dapat dibagi atas 5
golongan:
Alkaloid
heterosiklis
Alkaloid dengan nitrogen eksosiklis dan amina
alifatis
Alkaloid
putressina, spermidina, dan spermina
Alkaloid
peptida
Alkaloid
terpena
Dari lima golongan di atas, alkaloid heterosiklis adalah
sangat terbesar dan yang terkecil adalah alkaloid alkaloid putressina,
spermidina, dan spermina. Ini dapat dilihat dari jumlah anggota dari
masing-masing golongan seperti diterangkan di bawah ini:
1. Alkaloid heterosiklis, merupakan alkaloid
dengan atom nitrogennya terdapat dalam cincin heterosiklis. Alkaloid
heterosiklis dibagi menjadi:
- Alkaloid pirolidin
- Alkaloid indol
- Alkaloid piperidin
- Alkaloid piridin
- Alkaloid tropan dan basa yang berhubungan
- Alkaloid histamin, imidazol dan guanidine
- Alkaloid isokuinolin
- Alkaloid kuinolin
- Alkaloid akridin
- Alkaloid kuinazolin
- Alkaloid izidin
- Alkaloid dengan nitrogen eksosiklis dan amina alifatis
2. Alkaloid dengan
nitrogen aksosiklis dan amina alifatis
a. Eritrofleum
b. Fenilalkilamina
c. Kapsaisin
d. Alkaloid dari jenis kolkina
3. Alkaloid putressina,
spermidina, dan spermina
4. Alkaloid peptida
5. Alkaloid terpena dan
steroid
Sedangkan
berdasarkan asal mulanya (biogenesis) dan hubungannya
dengan asam amino, alkaloid dibagi menjadi tiga kelas, yaitu: (1) True alkaloid, (2) Proto alkaloid, dan (3) Pseudo alkaloid(seperti yang telah dijelaskan sebelumnya).
dengan asam amino, alkaloid dibagi menjadi tiga kelas, yaitu: (1) True alkaloid, (2) Proto alkaloid, dan (3) Pseudo alkaloid(seperti yang telah dijelaskan sebelumnya).
Sedangkan beberapa ahli
mengklasifikasikan alkaloid sebagai berikut
Klasifikasi alkaloid
- Berdasarkan taksonomi
Berdasarkan taksonomi seperti Solanaceaos, papilionaceae
tanpa keterangan dari sifat kimianya
- Berdasarkan Biosintesis
Pengelompokan
alkaloid berdasarkan biosintesis didasarkan oleh typeprekursor atau senyawa
pembangun yang digunaan tumbuh-tumbuhan untukmensintesis struktur kompleks.
Contoh Morphine, Papaverine, nicotine, tubocurarin dan calchicins dalam
penilalanin dan basa tirosin
- Berdasrkan klasifikasi kimia
Pengelompokakn ini didasari oleh struktur cincin
1.nonheterosiklik alkaloid
herodinine
(Horedeum Vulgare) Ephedrine (Ephendragerardiana), gentaeceae
2.heterosiklik alkaloida
a. pyrole-pyrrolidin
hygrinesCoca
sp
b.pyrrolizine
seneciphylline,
Senecia sp
c. pyudrin dan piperidine
Lobaline,piperidine.
Ricinine
d.
piperidine(triptofan)
hyoscyomine,
Atropine Hyoscine-Solanceae Cocan sp
e. Quinoline
Quinine, quinidine (Cinchona bark)
Cinchonime. Cinchonidine dan Cusparin
f. Iso – quinolin
Papavarine,
NArceine Emitine dan Cephalin
g.Reduce isoquinoline
Baldine
(Peumus Baldus)
h.Nur lupinane
Spartine,luponine
i. Indole alkaloida
Yohimbine,
Vincristin dan lain-lain
D.
Isolasi Alkaloid
Satu-satunya sifat
kimia alkaloid yang paling penting adalah kebasaannya. Metode pemurnian dan
pencirian ialah umumnya mengandalkan sifat ini, dan pendekatan khusus harus
dikembangkan untuk beberapa alkaloid misalnya rutaekarpina, kolkhisina,
risinina) yang tidak bersifat basa.
Umumnya isolasi bahan
bakal sediaan galenik yang mengandung alkaloid dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu :
1. Dengan
menarik menggunakan pelarut-pelarut organik berdasarkan azas Keller. Yaitu
alkaloida disekat pada pH tertentu dengan pelarut organik. Prinsip pengerjaan
dengan azas Keller yaitu alkaloida yang terdapat dalam suatu bakal sebagai
bentuk garam, dibebaskan dari ikatan garam tersebut menjadi alkaloida yang
bebas. Untuk itu ditambahkan basa lain yang lebih kuat daripada basa alkaloida
tadi. Alkaloida yang bebas tadi diekstraksi dengan menggunakan pelarut –pelarut
organic misalnya Kloroform. Tidak dilakukan ekstraksi dengan air karena dengan
air maka yang masuk kedalam air yakni garamgaram alkaoida dan zat-zat pengotor
yang larut dalam air, misalnya glikosida-glikosida, zat warna, zat penyamak dan
sebagainya. Yang masuk kedalam kloroform disamping alkaloida juga lemaklemak, harsa
dan minyak atsiri. Maka setelai alkaloida diekstraksi dengan kloroform maka
harus dimurnikan lagi dengan pereaksi tertentu. Diekstraksi lagi dengan
kloroform. Diuapkan, lalu didapatkan sisa alkaloid baik dalam bentuk hablur
maupun amorf. Ini tidak berate bahwa alkaloida yang diperoleh dalam bentuk
murni, alkaloida yang telah diekstaksi ditentukan legi lebih lanjut. Penentuan untuk
tiap alkaloida berbeda untuk tiap jenisnya. Hal-hal yang harus diperhatikan
pada ekstraksi dengan azas Keller, adalah :
a.
Basa yang ditambahkan harus lebih kuat
daripada alkaloida yang akan dibebaskan dari ikatan garamnya, berdasarkan
reaksi pendesakan.
b.
Basa yang dipakai tidak boleh terlalu
kuat karena alkaloida pada umumnya kurang stabil. Pada pH tinggi ada
kemungkinan akan terurai, terutama dalam keadaan bebas, terlebih bila alkaloida
tersebut dalam bentuk ester, misalnya : Alkaloid Secale, Hyoscyamin dan
Atropin.
c.
Setelah bebas, alkaloida ditarik dengan
pelarut organik tertentu, tergantung kelarutannya dalam pelarut organik
tersebut.
Alkaloid
biasanya diperoleh dengan cara mengekstraksi bahan tumbuhan memakai air yang
diasamkan yang melarutkan alkaloid sebagai garam, atau bahan tumbuhan dapat
dibasakan dengan natrium karbonat dan sebagainya dan basa bebas diekstaksi
dengan pelarut organik seperti kloroform, eter dan sebagainya. Radas untuk ekstraksi
sinabung dan pemekatan khusunya digunakan untuk alkaloid yang tidak tahan
panas. Beberapa alkaloid menguap seperti,nikotina dapat dimurnikan dengan cara
penyulingan uap dari larutanmyang diabasakan. Larutan dalam air yang bersifat
asam danmmengandung alkaloid dapat dibasakan dan alkaloid diekstaksim dengan
pelarut organik , sehingga senyawa netral dan asam yang mudah larut dalam air
tertinggal dalam air. Cara lain yang berguna untuk memperoleh alkaloid dari
larutan asam adalah dengan penjerapan menggunakan pereaksi Lloyd. Kemudian
alkaloid dielusi dengan dammar XAD-2 lalu diendapkan dengan pereaksi Mayer atau
Garam Reinecke dan kemudian endapan dapat dipisahkan dengan cara kromatografi
pertukaran ion. Masalah yang timbul pada beberapa kasus adalah bahwa alkaloid
berada dalam bentuk terikat yang tidak dapat dibebaskan pada kondisi ekstraksi
biasa. Senyawa pengkompleksnya barangkali polisakarida atau glikoprotein yang dapat
melepaskan alkaloid jika diperlakukan dengan asam.
2. Pemurnian
alkaloida dapat dilakukan dengan cara modern yaitu dengan pertukaran ion.
3. Menyekat
melalui kolom kromatografi dengan kromatografi partisi.
Cara kedua dan ketiga
merupakan cara yang paling umum dan cocok untuk memisahkan campuran alkaloid.
Tata kerja untuk mengisolasi dan mengidentifikasi alkaloid yang terdapat dalam bahan
tumbuhan yang jumlahnya dalam skala milligram menggunakan gabungan kromatografi
kolom memakai alumina dan kromatografi kertas.
E. Identifikasi Senyawa Alkaloid
1.
Berdasarkan sifat spesifik.
Alkaloid dalam larutan
HCl dengan pereaksi Mayer dan Bouchardhat membentuk endapan yang larut dalam
alkohol berlebih. Protein juga memberikan endapan, tetapi tidak larut dalam
dalam alcohol berlebih.
2. Berdasarkan bentuk basa dan garam-nya / Pengocokan
Alkaloid sebagai basanya
tidak larut dalam air, sebagai garamnya larut baik dalam air. Sebaiknya pelarut
yang digunakan adalah pelarut organik : eter dan kloroform. Pengocokan
dilakukan pada pH : 2, 7, 10 dan 14.Sebelum pengocokan, larutan harus dibasakan
dulu, biasanya menggunakan natrium hidroksida, amonia pekat, kadang-kadang
digunakan natrium karbonat dan kalsium hidroksida.
3.
Reaksi Gugus Fungsionil
a.
Gugus Amin Sekunder
Reaksi
SIMON : larutan alkaloida + 1% asetaldehid + larutan na.
nitroprussida
= biru-ungu.
Hasil cepat ditunjukkan oleh Conilin, Pelletierin dan
Cystisin.
Hasil lambat ditunjukkan oleh Efedrin, Beta eucain, Emetin,
Colchisin dan Physostigmin.
b.
Gugus Metoksi
Larutan
dalam Asam Sulfat + Kalium Permanganat = terjadi formaldehid, dinyatakan dengan
reaksi SCHIFF. Kelebihan Kalium
Permanganat dihilangkan dengan Asam Oksalat.
Hasil positif untuk Brucin, Narkotin, koden, Chiksin,
Kotarnin, Papaverin, Kinidin, Emetin, Tebain, dan lain-lain
c.
Gugus Alkohol Sekunder
Reaksi
SANCHES : Alkaloida + Larutan 0,3% Vanilin dalam HCl pekat, dipanaskan diatas
tangas air = merah-ungu.Hasil positif untuk Morfin, Heroin, Veratrin, Kodein,
Pronin, Dionin, dan Parakonidin.
d. Gugus
Formilen
Reaksi
WEBER & TOLLENS :
Alkaloida
+ larutan Floroglusin 1% dalam Asam Sulfat (1:1),
panaskan
= merah.
Reaksi
LABAT :
Alkaloida
+ Asam Gallat + asam Sulfat pekat, dipanaskan diatas tangas air = hijau-biru.
Hasil
positif untuk Berberin, Hidrastin, Kotarnin, Narsein, Hidrastinin, narkotin,
dan Piperin.
e. Gugus Benzoil
Reaksi
bau : Esterifikasi dengan alcohol + Asam Sulfat pekat = bau ester.
Hasil
positif untuk Kokain, Tropakain, Alipin, Stivakain, Beta eukain, dan lain-lain.
f. Reaksi GUERRT
Alkaloida
didiazotasikan lalu + Beta Naftol = merah-ungu.
Hasil
positif untuk kokain, Atropin, Alipin, Efedrin, tropakain, Stovakain, Beta
eukain, dan lain-lain.
g. Reduksi
Semu
Alkaloida
klorida + kalomel + sedikit air = hitam Tereduksi menjadi logam raksa.
Raksa
(II) klorida yang terbentuk terikat dengan alkaloid sebagai kompleks.
Hasil
positif untuk kokain, Tropakain, Pilokarpin, Novokain, Pantokain, alipin, dan
lain-lain.
h. Gugus
Kromofor
· Reaksi KING :
Alkaloida
+ 4 volume Diazo A + 1 volume Diazo B + natrium Hidroksida = merah intensif.
Hasil positif untuk Morfin, Kodein, Tebain dan lain-lain.
· Reaksi SANCHEZ :
Alkaloida
+ p-nitrodiazobenzol (p-nitroanilin + Natrium Nitrit + Natrium Hidrolsida) =
ungu kemudian jingga. Hasil positif untuk alkaloida opium kecuali Tebain,
Emetin, Kinin, kinidin setelah dimasak dengan Asam Sulfat 75%.
4. Pereaksi untuk analisa lainnya
a.
Iodium-asam hidroklorida
Merupakan
pereaksi untuk golongan Xanthin. Digunakan untuk pereaksi penyemprot pada
lempeng KLT (Kromatografi Lapis Tipis) dimana akan memberikan hasil dengan noda
ungu-biru sampai coklat merah.
b. Iodoplatinat
Pereaksi untuk alkaloid,
juga sebagai pereaksi penyemprot pada lempeng KLT dimana hasilnya alkaloid akan
tampak sebagai noda ungu sampai biru-kelabu.
c. Pereaksi Meyer (Larutan kalium Tetraiodomerkurat)
Merupakan pereaksi
pengendap untuk alkaloid.
4.
Kegunaan Alkaloida
Alkaloida telah dikenal
selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian terutama karena pengaruh
fisiologisnya terhadap binatangmenyusui dan pemakainnya di bidang farmasi,
tetapi fungsinya dalam tumbuhan hampir sama sekali kabur. Beberapa mendapat
mengenai kemungkinan perannya ialah sebagai berikut :
- Salah satu pendapat yang dikemukakan pertama kali, sekarang tidak dianut lagi, ialah bahwa alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat hewan.
- Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tendon penyimpanan nitrogen meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan nitrogen.
- Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dariserangan parasit atau pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang mendukung fungsi ini tidak dikemukakan, ini barangkali merupakan konsep yang direka-reka dan bersifat “manusia sentries”.
- Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh karena segi struktur, beberapa alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangsang perkecambahan, yang lainnya menghambat.
- Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian bersifat basa, dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan. Sejalan dengan saran ini, pengamatan menunjukkan bahwa pelolohan nikotina ke dalam biakan akar tembakau meningkatkan ambilan nitrat. Alkaloid dapat pula berfungsi dengan cara pertukaran dengan kation tanah.
Berikut adalah beberapa contoh
senyawa alkaloid yang telah umum dikenal dalam bidang farmakologi :
Senyawa
Alkaloid
(Nama Trivial) |
Aktivitas
Biologi
|
Nikotin
|
Stimulan
pada syaraf otonom
|
Morfin
|
Analgesik
|
Kodein
|
Analgesik,
obat batuk
|
Atropin
|
Obat
tetes mata
|
Skopolamin
|
Sedatif
menjelang operasi
|
Kokain
|
Analgesik
|
Piperin
|
Antifeedant
(bioinsektisida)
|
Quinin
|
Obat
malaria
|
Vinkristin
|
Obat
kanker
|
Ergotamin
|
Analgesik
pada migraine
|
Reserpin
|
Pengobatan
simptomatis disfungsi ereksi
|
Mitraginin
|
Analgesik
dan antitusif
|
Vinblastin
|
Anti
neoplastik, obat kanker
|
Saponin
|
Antibakteri
|
BAB III
KESIMPULAN
1. Alkaloid adalah Kelompok senyawa
yang mengandung nitrogen dalam bentuk gugus fungsi amin. Pada umumnya, alkaloid
mencakup senyawa bersifat basah yang mengandung 1/ lebih atom nitrogen,
2. Alkaloida
tidak mempunyai tatanama sistematik. Oleh karena itu suatu alkaloida dinyatakan
dengan nama trivial, misalnya kuinin,morfin, dan stiknin.
3. Umumnya
mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1 atom N
seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa amin
primer, sekunder maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat
kebasaannya tergantung dari struktur molekul dan gugus fungsionalnya)
4. Klasifikasi alkaloid dapat berdasarkan taksonomi, berdasarkan Biosintesis dan berdasrkan
klasifikasi kimia (nonheterosiklik alkaloid, herodinine (Horedeum Vulgare)
Ephedrine (Ephendragerardiana), gentaecea, heterosiklik alkaloida).
DAFTAR PUSTAKA
Linda
Sutriani, Wahyu, S.Ked, http://medicafarma.blogspot.com/2009/01/berawal-dari-persamaan-tujuan-untuk.html, diakses 30 April 2012.
Sovia
Lenny. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenil Propanoida dan Alkaloida. http://library.usu.ac.id/download/fmipa/06003489.pdf.
diakses 30 April 2012.
Anonim.
1982. Card System dan Reaksi Warna. ARS-PRAEPARANDI Institut Teknologi Bandung.
Bandung.
Trevor Robinson. 2000. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerbit
ITB. Bandung.
Anonim. 1970. Galenika I-II. HMF ARS-PRAEPARANDI. Bandung.
Egon Stahl. 1985. Analisis obat Secara Kromatografi dan
Mikroskopi. Penerbit ITB. Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar